Ø Kekuatan buku yang ditulis oleh Jagdish Sheth, professor dari sekolah bisnis Emory di Amerika Serikat, yakni membedah kegagalan dan menarik pembelajaran darinya.
Ø Fokus penulisannya adalah pada kebiasaan (Habit) yang membuat perusahaan ini besar, sukses, menjadi ikon bisnis, kemudiaan kehilangan pasar dan merugi.
Ø Misalnya Digital (Digital Equipment Corp.) yang menjadi salah satu contoh sukses dalam buku laris in Search of Excellence (peters & Waterman, 1982), dan pada 1986 CEO nya, Ken Olsen dinobatkan oleh majalah bisnis Fortune sebagai wirausaha paling sukses dalam sejarah bisnis Amerika Serikat.
Ø Zenith yang menikmati kejayaan di industri ritel televise tahun 1970-an, terpaksa menjual perusahaannya kepada perusahaan Korea ,LG, setelah merugi sebesar USS 300 juta di tahun 1997, dan memberhentikan 25 % karyawannya.
Dari sejarah kesuksesan dan kegagalan tersebut, Sheth menarik adanya 7 kebiasaan buruk yang menyebabkan perusahaan-perusaha an sukses itu terpuruk :
1. Kebiasaan menolak kenyataan yang tidak menyenangkan.
v Misal : Xerox yang menolak mengakui bahwa mencetak dengan computer merupakan subtitusi yang kuat buat produk mesin fotokopi atau General Motors yang bersikeras memproduksi mobil menurut seleranya dan tidak mengindahkan mobil Jepang sebagai pesaing potensial.
2. Kesombongan.
v Suatu “dosa” yang tampaknya mudah menjangkit perusahaan sukses.
Kesombongan itulah yang membuat IBM, raksasa dibidang teknologi informasi dikalahkan oleh perusahaan “kecil” seperti Microsoft.3.
3. Keinginan untuk terus bertahan pada kebiasaan yang terbukti (pernah membawa sukses).
v Contohnya AT & T mewakili contoh perusahaan berjaya yang dininabobokan oleh keuntungan monopoli.
v Bersikukuh memulihkan monopoli sambil menjalankan bisnis seperti biasa .
4. Terlalu menggantungkan sukses pada kompetensi inti.
v Ini kebiasaan yang dapat dipahami bila perusahaan itu adalah perwujudan dari kompetensi intinya , seperti Coca-Cola adalah Coke, Singer adalah mesin jahit, Encyclopaedia Britamica adalah ensiklopedia setebal bantal atau Lego adalah permainanan lego.
5. Kebiasaan memandang kompetisi secara sempit.
v Ini kebiasaan buruk yang bisa muncul bila perusahaan memandang pesaingnya secara selektif. Seperti Coke mncemaskan Pepsi, Caterpilta mengawasi Komatsu atau Boeing siaga terhadap Airbus. Nyaris saja kebiasaan buruk ini membawa Mcdonald’s pada kegagalan karena hanya mempertimbangkan Burger King sebagai pesaing dan mengesampingkan pesaing non burger seperti KFC, Pizza Hut dan Tacco Bell yang menggerogoti pasarnya .
6. Terobsesi pada volume merupakan kebiasaan buruk yang ditunjukkan perusahaan sukses .
v Contohnya adalah IBM versus Lenovo dan pendatang baru di industri ritel donat Indonesia , Krispy Kreme. Lenovo tidak masalah dengan margin tipis, tidak memprioritaskan nama besar IBM, dan mengandalkan perangkat lunak gratis seperti Linux.
v Rencana bisnisnya: produk yang sesuai dengan pasar Asia (bermutu tapi tetap terjangkau), dan menjaga inventori serta biaya serendah mungkin.
7. Peningkatan Birokrasi, terbentuknya “budaya setempat” dan adu kekuasaan merupakan kebiasaan buruk terakhir yang sebenarnya dapat terbentuk dari kombinasi kebiasaan – kebiasaan sebelumnya.
v Misalnya kesombongan Motorola yang berakar dari sikap “lebih cerdas dari kamu”, merupakan buah dari budaya enjiniring yang kuat. Hal ini berbeda dari pesaingnya , Nokia yang merasa bahwa enjiniring bukanlah satu-satunya factor kunci sukses, melainkan upaya pemasaran, desain dan menyenagkan pelanggan merupakan factor yang penting dipertimbangkan .
Namun bagian ini pula yang mengingatkan kita bahwa lebih mudah manjaga agar jangan sampai kebiasaan buruk itu berkembang dan menimbulkan krisis.
baca juga kerja keras adalah energi kita
No comments:
Post a Comment